Jumat, 09 Oktober 2009

Mengais Rizki di Laut Luas Bersama “ Dewi Fortuna ”






















Nurdin Zen adalah sosok nelayan yang ulet. Dia adalah satu dari 729 nelayan yang ada di Kota Cilegon. Pria kelahiran Lampung 45 tahun yang lalu ini, memiliki semangat yang menjadi motivasi bagi rekan-rekan sesama nelayan di Merak. Nurdin Zen terpaut gadis asli Merak sejak 24 tahun yang lalu, ia bersama Arwati sang istri tinggal di Link.Sukajadi RT.06 RW.02 Kelurahan Mekarsari Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon.

Awal profesi sebagai nelayan, dimulai sejak berumur 14 tahun di daerah asalnya Lampung. Dimasa kecil dia sering melihat rekan-rekannya pergi melaut dengan pulang membawa ikan serta mendengar cerita rekan-rekannya tentang pengalaman menangkap ikan dilaut, membuatnya merasa penasaran untuk melaut. Karena rasa keingintahuan yang besar untuk bisa seperti rekan-rekannya ketika itu, maka dia memutuskan untuk ikut melaut. Baginya, menjadi nelayan dibutuhkan keberanian dan tekad yang kuat.

Seiring dengan perubahan kondisi alam dan perkembangan zaman, diakui Nurdin bahwa Sumber Daya Ikan sekarang sudah jauh berkurang dibanding ketika ia baru mulai menggeluti profesi nelayan. Hal ini menurut Nurdin semakin banyaknya pemanfaatan laut sebagai sarana usaha seperti industri-industri, pelabuhan, adanya pengeboran serta penggunaan kapal-kapal ikan yang menggunakan mesin tanpa aturan dalam mengekploitasi sumber daya ikan. Selain itu juga ada yang mengambil terumbu karang, penangkapan ikan dengan cara yang tidak diperbolehkan, sehingga tempat ikan berkembang biak dan tumbuh besar serta tempat berlindungnya menjadi rusak karena air laut sudah tercemar atau banyak tercampur oleh limbah-limbah yang mengakibatkan menghambat pertumbuhan ikan-ikan. Yang akhirnya bagi para nelayan harus melaut dengan jarak tempuh yang cukup jauh mencapai 24 mil laut dari Kota Cilegon, sementara perahu yang atau kapal motor yang dimiliki kemampuan jelajahnya relatif terbatas.

“ Di jaman modern sekarang ini, menjadi nelayan ternyata tidak cukup hanya bermodalkan tekad kuat dan keberanian saja. Tetapi harus dengan dukungan sarana prasarana penangkapan ikan yang modern dan kemampuan menggunakan teknologi modern, seperti menggunakan Fish Finder dan GPS supaya tidak jauh tertinggal dalam meraih hasil tangkapan, “ paparnya.
Sejak 6 tahun yang lalu, bapak dua putra ini mengelola sebuah kapal ikan pinjaman dari sebuah perusahaan yang menaruh kepercayaan kepadanya. “ DEWI FORTUNA “ nama kapal ikan tersebut, dengan panjang 9 m dan lebar 1,5 m. Dia bersama 6 orang kru (ABK) yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri mengarungi lautan luas, untuk mengais rizki dengan tantangan dan resiko untuk menghidupi keluarganya. Dengan berlandaskan rasa kepercayaan dan kejujuran mereka bekerja sama bahu membahu, walaupun hasil tangkapan ikan yang mereka peroleh banyak atau sedikit, mereka tanggung bersama.

Nurdin pernah mengalami kejadian buruk, saat melaut. “ Waktu itu kami sudah mendapatkan ikan yang cukup banyak. Awalnya cuaca cerah tetapi tiba-tiba badai datang dan kami tidak bisa menhindar lagi, hingga banyak hasil tangkapan yang tumpah dan tidak bisa dibawa pulang. Sedih sekali rasanya waktu itu. Kami harus berjuang ditengah badai yang sangat besar, “ ungkapnya mengenang peristiwa pahit yang dialaminya. “ Tapi kami masih tetap bersyukur, karena jiwa kami masih diselamatkan Tuhan, “ katanya sambil menghela napas panjang.
Modal adalah kesulitan utama yang dihadapi oleh Nurdin dan rekan-rekan sebagai nelayan, selain faktor alam yang sering tidak memungkinkan untuk melaut. Dengan modal seadanya, maka hasil tangkapanpun tidak seberapa. “ Ya, cukuplah buat makan keluarga, “ katanya. Dari hasil melaut, dia mendapatkan pengahsilan rata-rata Rp.900.000,- per bulan. Meskipun demikian untuk urusan melaut, menurutnya sampai manapun ikan-ikan akan dicarinya sesuai dengan kemampuan dia. Sementara itu pada saat hari-hari libur, biasanya Nurdin dan anak buahnya mencari tambahan penghasilan dengan mengantarkan para pemancing dari dalam maupun luar kota yang ingin memancing di laut dengan kapal motor. Jasa hasil mengantar dan sewa kapal motor sebagian disetorkan kepada pemilik kapal. Dari usaha inilah Nurdin dapat menyekolahkan anaknya sampai lulus STM. Saat inipun sang anak ikut bekerja membantu usaha orangtuanya. “ Meskipun demikian, saya tetap berharap kedepan anak saya menjadi seseorang yang lebih baik daripada bapaknya, “ ujarnya.

Selain sebagai nelayan, Nurdin aktif sebagai Ketua POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) yaitu anggota masyarakat yang ikut menegak Undang-Undang Republik Indonesia No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, Undang- Undang Republik Indonesia No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Undang-Undang No.5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, serta pengawasan wilayah laut, pulau dan pantai dari tindakan penyalahgunaan atau pelanggaran hukum terhadap sumber daya perikanan dan kelautan yang kerap terjadi di perairan Provinsi Banten pada umumnya dan Kota Cilegon khususnya. Menurutnya masih banyak ditemukan beberapa tindak pelanggaran yang terjadi di perairan Kota Cilegon, seperti penggunaan bahan peledak dalam mencari ikan yang mengakibatkan kumpulan ikan-ikan yang biasanya lewat perairan Selat Sunda menjadi berkurang, begitu pula dengan habitat ikan menjadi rusak.

Menurut Nurdin, laut memiliki potensi ekonomi yang luar biasa dan tak akan habis-habisnya apabila dijaga dan dipelihara dengan baik sebagai sumber mata pencaharian dan penghidupan masyarakat dibandingkan sumber daya alam didaratan. “ Kendati diambil setiap hari ikan tak pernah habis, “ tutur Nurdin. Untuk saat ini sebagai nelayan, Nurdin sangat berharap adanya perhatian dari pihak terkait dalam mengembangkan usaha, karena menurutnya di Perairan selat Sunda ini sangat kaya ikan laut dan Kota Cilegon sangat potensial dengan adanya Lima Pulau. “ Tinggal penggelolaan Sumber Daya Ikan dan Kawasan Konservasi Laut Kota Cilegon yang perlu ditingkatkan untuk mencapai kemakmuran bagi masyarakat khususnya para nelayan di Kota Cilegon. Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pertumbuhan di Sektor Kelautan dan Perikanan, seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan sarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sangat dibutuhkan. Mengingat saat ini di Kota Cilegon belum memiliki tempat khusus untuk PPI maupun TPI. Kami mengharapkan adanya Tempat Pelelangan Ikan sebagai suatu tempat usaha yang mempunyai fungsi yang kompleks disamping sebagai tempat pendaratan ikan sekaligus penjualan ikan serta dapat juga dijadikan Objek Wisata Bahari Kota Cilegon, “ harapnya.


Sekretaris POKMASWAS : Kelik Rasidi


http://www.cilegonkota-limapulau.blogspot.com
e - mail : keras.1999@gmail.com

1 komentar:

  1. Kapan-2 Ajak Aku Mancing Dong... Mang Nurdin...
    Tapi Saya Minta No.HP-nya Dong...

    Ini

    Q-wonk

    BalasHapus